Minggu, 12 Mei 2013

KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT STROKE dan SEGITIGA EPIDEMIOLOGI



PeNjamu
AGEN
LINGKUNGANN
KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT STROKE





Gambar 1.1 Segitiga Epidemologi
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan, dan yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian akibat gangguan aliran darah ke otak karena pendarahan ataupun non pendarahan. Stroke juga dapat dikatakan sebagai penyakit otak paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga mereka dan masyarakat. Stroke juga merupakan suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
A.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1.   Faktor Penjamu (Host)
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan artropoda, yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor penjamu yang berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa: umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, dan status gizi. Yang termasuk dalam faktor pejamu adalah:
a.    Genetik; misalnya sickle cell disease.
b.   Umur: ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu.
c.    Jenis kelamin (gender): ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada wanita.
d.   Suku/ras/warna kulit: dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih (white) dengan orang kulit hitam (black) di Amerika.
e.    Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.
f.    Keadaan imunologis: kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan (vaksinasi).
g.   Tingkah laku (behavior): gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan rekreasi.

Dalam upaya pencegahannya maka diperlukan identifikasi epidemiologiknya, bila dilihat dari faktor penjamu itu sendiri yang dapat merupakan sebagai faktor resiko stroke. Faktor resiko ini menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau mudah mengalami stroke.
a.    Genetik
Stroke juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. gaya dan pola hidup keluarga dapat mendukung risiko stroke.
b.   Umur
Semakin bertambah usia, semakin tinggi risiko untuk mendapatkan serangan stroke.
c.    Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
d.   Suku/Ras/Warna Kulit
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam. Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk. Melaporkan orang negro Amerika cenderung beresiko 1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral (dalam otak) dibandingakn kulit putihnya. Orang Jepang dan Afrika-Amerika cendrung mengalami stroke perdarahan intracranial, sedang cendrung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial lebih banyak.
e.    Keadaan Fisiologi Tubuh
Keadaan gizi yang berlebih pada tubuh seseorang juga bisa menjadi pencetus terjadinya penyakit stroke. Misalnya, kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah otak yang bisa mengarah ke stroke.
f.    Tingkah Laku (Behavior)
Hubungan tingkah laku dengan terjadinya penyakit stroke adalah tentang bagaimana gaya hidup (life style). Pola gaya hidup yang salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, alkohol, rokok, dan jarang melakukan aktivitas olahraga tentu akan lebih mempercepat resiko seseorang terjangkit penyakit stroke.

2.   Faktor Agent
Agent (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini adalah sendiri (single), misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain bisa terdiri dari beberapa agent yang bekerja sama, misalnya pada penyakit kanker. Agent dapat berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi, dan unsur fisik.
a)      Unsur biologis, terdapat bukti bahwa infeksi virus dan bakteri, bersama dengan faktor resiko lain, dapat sedikit meningkatkan resiko timbulnya stroke dengan meningkatkan kemampuan darah untuk membeku.
b)      Unsur nutrisi, kelebihan zat gizi seperti tingginya kadar kolesterol, kadar gula, dan lemak dalam tubuh juga bisa menimbulkan stroke. Hal ini terkait dengan timbulnya beberapa penyakit pencetus stroke, seperti DM, hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung.
c)      Unsur kimiawi, zat-zat karsinogenik yang terus menerus terakumulasi dalam tubuh juga merupakan salah satu faktor penyebab penyakit stroke. Selain itu penggunaan alkohol, rokok, obat-obatan terlarang yang mengandung berbagai bahan kimia berbahaya bagi tubuh, juga akan semakin mempercepat seseorang terkena penyakit stroke. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut cenderung akan meningkatkan suhu tubuh dan beresiko terjadi stroke.
d)     Unsur fisik, misalnya trauma mekanik. Trauma mekanik yang terkait dengan terjadiya penyakit stroke ini adalah seseorang terjatuh dan menghantam benda keras, kemudian menyebabkan pembuluh darah dalam otak menjadi pecah sehingga orang tersebut terkena stroke.  


3.   Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Yang tergolong faktor lingkungan meliputi:
a)      Lingkungan fisik: geologi, iklim, geografik.
b)      Lingkungan biologis: misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber bahan makanan) dan fauna (sebagai sumber protein).
c)      Lingkungan sosial: berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang dan banjir).

Misalnya saja dilihat dari lingkungan sosial seperti urbanisasi, yaitu perpindahan masyarakat desa ke kota. Masyarakat desa yang tadinya memiliki gaya hidup sederhana dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tentu saja akan berubah mengikuti gaya hidup orang kota setelah mereka pindah dan bertempat tinggal di kota. Kebiasaan hidup masyarakat  kota yang lebih mewah dan serba instan akan berbanding terbalik dengan masyarakat desa yang lebih alami, sehingga urbanisasi juga akan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke tersebut.
Dari lingkungan fisik, seperti suhu akan mempengaruhi juga terhadap penyakit stroke. Suhu tinggi merupakan penyebab utama terjadinya heat stroke. Suhu lingkungan yang tinggi akan sering membuat dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk mendinginkan tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat yang berbahaya, sehingga terjadi heat stroke. Lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi dapat menyebabkan berkurangnya efek pendingin oleh keringat sehingga jika seseorang berada pada lingkungan dengan suhu tinggi dan kelembaban yang tinggi pula maka risiko mengalami heat stroke-nya akan tinggi.

B.  Hubungan Penyakit Stroke dengan Segitiga Epidemiologi
1.   Karakteristik Segitiga Utama
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus-menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit. Terjadninya gangguan keseimbanganbermula dari perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya.
1.   Karakteristik Penjamu
Manusia mempunyai karakteritik tersendiri dalam mengahadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa:
a.    resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
b.   Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri.  
c.    Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan panykit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya

2.   Karakteristik Agent
a.    Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisme yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai spesies mikroba dan antara individu.
b.   Patogenesis: kesanggupan mikroorgasnime untuk menimbulkan suatu reaksi klilnik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi dengan virus smallpox menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenicity).
c.    Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kenatian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
d.   Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
e.    Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
f.    Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu. Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika mene\yerang pada aliran darah akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membran.

3.   Karakteristik Lingkungan
a.    topografi: situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
b.   Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit.

C.     Penyakit Stroke dan segitiga epidemiologi
Pada dasarnya dalam konsep segitiga epidemiologi ini, ketiga unsur di dalamnya seperti host, agent, dan enviromental dapat menentukkan tingkat kesehatan atau status kesehatan seseorang. Karena berkaitan denan terjadinya atau timbulnya penyakit pada individu tersebut. Hubungan ketiganya dapat diilustrasikan seperti timbangan. Di mana enviromental diposisikan sebagai penumpu sedangkan host dan agent diposisikan sebagai penyeimbang yang berada pada setiap sisi atau ujungnya. Dalam konsep ini bila ketiga unsur trias epidemiologi, yaitu host, agent, dan enviromental dalam keadaan seimbang, maka terciptalah keadaan sehat pada individu tersebut. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
E
                                           H                                                    A

                                      

                                                             Gambar 1.2  
Gambaran tersebut bila dikaitkan antara konsep perjalan penyakit stroke dengan segitiga epidemiologi, maka dapat dikatakan bila penjamu (individu) tersebut sudah berinteraksi dengan agent (penyebab stroke) dan lingkungan, tetapi terjadi hubungannya positif atau seimbang, yang artinya masing-masing tidak ada yang dirugikan sehingga dapat dikatakan terciptalah keadaan yang sehat.
Seseorang dapat dikatakan tidak sehat atau sakit dalam kasus ini adalah penyakit stroke, apabila agent berhasil mengambil keuntungan dari lingkungan sehingga melemahkan kondisi host tersebut. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
E
                                                                                        A
                                   H


         Gambar 1.3
Ilustrasi tersebut jelas menggambarkan bahwa bila kondisi host menurun akibat daya tahan tubuh atau imunitas yang rendah, maka posisi agent seperti gaya hidup yang tidak sehat dan faktor resiko penyakit stroke yang mengambil alih posisi dominannya. Individu yang memang sudah memilii riwayat atau gen pembawa stroke serta penyakit lain pencetus stroke harusnya mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Karena bila kondisi tidak sehat atau tidak optimal sedangkan individu tersebut harus terus-menerus terpapar dengan agent, maka host tersebut menajdi tumbang dan kemudian sakit.
Perlu diingat bahwa keadaan sehat bukan hanya tercipta karena keadaan seimbang antara ketiga unsurnya, tetapi juga bisa terjadi apabila posisi host mampu lebih dominan dibandingkan posisi agent, sehingga posisi host pada tuas akan menjadi lebih berat dibandingkan dengan agent. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
A
H
E
           

                                                                                          
           
    Gambar 1.4
Berdasarkan gambaran tersebut, maka penjamu atau seorang individu memang telah terpapar dengan agent dalam hal ini adalah faktor penyebab stroke tersebut, seperti gaya hidup yang tidak sehat, kurang olahraga, alkohol, atau penyakit pencetus stroke tersebut, tetapi individu tersebut masih dapat mempertahankan kondisi yang optimal. Kondisi optimal tersebut bisa saja terjadi apabila kondisi individu tersebut memang memilikiantibodi yang baik atau bisa juga karena memang tidak memiliki riwayat penyakit stroke bawaan atau genetik. Tetapi kondisi tersebut juga tidak dapat diabaikan karena stroke bisa saja tiba-tiba terjadi apabila akumulasi faktor resiko penyebab stroke sudah menumpuk di dalam tubuh host tersebut.
A
Seorang individu dapat dikatakan sakit atau terkena penyakit apabila kondisi lingkungan berubah dan lebih memihak kepada agent. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
E
 
H
                                                                                                 
 

     Gambar 1.5
Bila dilihat dari ilustrasi tersebut, jelas bahwa seseorang bisa saja sakit karena agent lebih diuntungkan dengan kondisi lingkungan yang mendukung keberadaan agent tersebut. Gambaran tersebut terjadi apabila lingkungan disekitar host atau penjamu tidak sehat, misalnya tingkat polusi udara yang tinggi. Polusi udara merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit stroke, karena polutan-polutan tersebut mengandung zat kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, sehingga mempercepat seseorang terserang penyakit stroke. Awalnya zat-zat karsinogenik tersebut akan menyebabkan penyakit pencetus stroke seperti DM, jantung koroner, hipertensi, dan akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengarah ke penyakit stroke.   
Keadaan sehat juga dapat terjadi apabila posisi lingkungan lebih mendukung kondisi host. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

H
                                                       
E
                                                                                                                 
A
                                                                                                                 
                                                                                                            

                                                                   Gambar 1.6
Gambaran tersebut terjadi pada saat, lingkungan di sekitar penjamu adalah lingkungan yang sehat. Dikatakan sehat karena suplay oksigen di udara optimal sehingga mampu meminimalisir polutan-polutan berbahaya bagi tubuh. Bila kondisi lingkungan optimal, maka posisi agent di sini akan melemah. Keberadaan pepohonan hijau akan membantu produksi oksigen itu sendiri, sehingga dengan udara yang sehat penjamu bisa optimal mempertahankan kondisinya.













DAFTAR PUSTAKA

Sabtu, 11 Mei 2013

Asuhan Keperawatan Diare



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat.
Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit.
Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang tua (lansia) dan penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan diare pada pasien

1.2  Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Diare
2.      Apa penyebab dari Diare
3.      Apa tanda dan gejalah Diare

1.3  Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk dapat memperoleh gambaran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien diare.



2.      Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare.



























BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.


2.2  Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 :
·         Diare akut
·         Diare kronis
a.       Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
b.      Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu :
Ø  Diare osmotic
§  Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan  dihentikan).
§  Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
§  Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L).
§  Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir  rendah dan bayi baru lahir.
§  Kelainan-kelainan yang menyebabkan  diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.

Ø  Diare sekretorik
§  Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
§  Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
§  Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
§  Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.

2.3  Etiologi
a.     Infeksi (virus, bakteri dan parasit)
b.      Non Infeksi
·         Alergi makanan : susu, protein
·         Gangguan metabolic atau mal-absorbsi
·         Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
·         Penyakit gangguan endokrin
·         Emosional atau stress
·         Menurunnya daya tahan tubuh
·         Kekurangan gizi
·         Obat-obatan : antibiotika















2.4  Patofisiologi


2.5  Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah: Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.  Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.  Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
a.       Diare dengan dehidrasi ringan
·         Kehilangan cairan 5% dari berat badan
·         Kesadaran baik (samnolen)
·         Mata agak cekung
·         Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
·         Berak cair 1-2 kali per hari
·         Lemah dan haus
·         Ubun-ubun besar agak cekung

b.      Diare dengan dehidrasi sedang
·         Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
·         Keadaan umum gelisah
·         Rasa haus
·         Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
·         Mata cekung
·         Turgor dan tonus otot agak berkurang
·         Ubun-ubun besar cekung
·         Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik

c.       Diare dengan dehidrasi berat
·         Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
·         Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
·         Denyut nadi cepat nsekali
·         Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
·         Ubun-ubun besar cekung  sekali
·         Mata cekung sekali
·         Turgor/tonus kurang sekali
·         Selaput lendir kurang/asidosis



2.6  Komplikasi
1.      Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
2.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
·         Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
·         Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
·         Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l.
3.      Berdeasarkan derajatnya
·         Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental normal.
·         Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
·         Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus meningkat.












2.7  Diagnosa Keperawatan
1.      Dx :  Devisit volume cairan dan elektrolit b/d pengeluaran yang berlebihan.
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Intervensi :
a.       Monitor tanda vital tiap 4 jam
b.      Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi seperti turgor jelek. Mata cekung.
c.       Pantau masuknya cairan sedikitnya 1000-1500 cc/24 jam
d.      Timbang BB tiap hari bila memungkinkan
e.       Pantau haluaran cairan
f.       Kolaborasi medis untuk pemberian cairan IV dan anti diare
2.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a.       Kaji intake dan output
b.      Berikan cairan peroral
c.       Sajikan makanan dalam keadaan hangat
d.      Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
e.       Catat dan laporkan toleransi makanan yang diberikan dan pemberian dari keadaan muntah dan diare
f.       Monitor BB
g.      Kolaborasi pemberian nutrisi parentral dan antibiotik









BAB IV

PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
·         Diare adalah kehilangan cairan dan elekrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
·         Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
·          Diare dapat disebabkan oleh infeksi baik virus maupun bakteri dan tanpa infeksi (non infeksi)
·         Pada Ps S setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ps mengatakan tidak diare lagi, semua masalah ps dapat teratasi.

3.2  Saran
Agar tetap menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan, makan-makanan yang mengandung gizi tinggi, istirahat yang cukup. Menjaga kondisi tubuh agar tetap segar.
















DAFTAR PUSTAKA


Modul Asuhan Keperawatan dan Patofisiologi,halaman 22-24