PeNjamu
|
AGEN
|
LINGKUNGANN
|
Gambar 1.1 Segitiga Epidemologi
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional
otak fokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan, dan yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat atau kematian akibat gangguan aliran darah ke otak karena
pendarahan ataupun non pendarahan. Stroke juga dapat dikatakan sebagai penyakit
otak paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis,
fisik dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga mereka dan masyarakat.
Stroke juga merupakan suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1. Faktor Penjamu (Host)
Penjamu
adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan artropoda, yang
menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor penjamu
yang berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa: umur, jenis kelamin, ras,
etnik, anatomi tubuh, dan status gizi. Yang termasuk dalam faktor pejamu adalah:
a.
Genetik; misalnya sickle cell
disease.
b.
Umur: ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu.
c.
Jenis kelamin (gender): ditemukan
penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada wanita.
d.
Suku/ras/warna kulit: dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih (white) dengan orang kulit hitam (black) di Amerika.
e.
Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau
keadaan gizi.
f.
Keadaan imunologis: kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi
sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan
(vaksinasi).
g.
Tingkah laku (behavior): gaya
hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan rekreasi.
Dalam
upaya pencegahannya maka diperlukan identifikasi epidemiologiknya, bila dilihat
dari faktor penjamu itu sendiri yang dapat merupakan sebagai faktor resiko
stroke. Faktor resiko ini menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau mudah
mengalami stroke.
a.
Genetik
Stroke
juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain
adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada bentuk
pembuluh darah. gaya dan pola hidup keluarga dapat mendukung risiko stroke.
b.
Umur
Semakin
bertambah usia, semakin tinggi risiko untuk mendapatkan serangan stroke.
c.
Jenis kelamin
Pria
lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan
bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
d.
Suku/Ras/Warna Kulit
Dari
berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih
besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam. Tingkat
kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina,
menurut Broderick dkk. Melaporkan orang negro Amerika cenderung beresiko 1,4
kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral (dalam otak) dibandingakn
kulit putihnya. Orang Jepang dan Afrika-Amerika cendrung mengalami stroke
perdarahan intracranial, sedang cendrung terkena stroke iskemik, akibat
sumbatan ekstrakranial lebih banyak.
e.
Keadaan Fisiologi Tubuh
Keadaan
gizi yang berlebih pada tubuh seseorang juga bisa menjadi pencetus terjadinya
penyakit stroke. Misalnya, kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah otak yang bisa mengarah ke
stroke.
f.
Tingkah Laku (Behavior)
Hubungan
tingkah laku dengan terjadinya penyakit stroke adalah tentang bagaimana gaya
hidup (life style). Pola gaya hidup
yang salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, alkohol, rokok,
dan jarang melakukan aktivitas olahraga tentu akan lebih mempercepat resiko
seseorang terjangkit penyakit stroke.
2. Faktor Agent
Agent
(faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang
dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini
adalah sendiri (single), misalnya
pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain bisa terdiri dari beberapa
agent yang bekerja sama, misalnya pada penyakit kanker. Agent dapat berupa
unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi, dan unsur fisik.
a)
Unsur biologis, terdapat bukti bahwa infeksi virus dan bakteri, bersama
dengan faktor resiko lain, dapat sedikit meningkatkan resiko timbulnya stroke
dengan meningkatkan kemampuan darah untuk membeku.
b)
Unsur nutrisi, kelebihan zat gizi seperti tingginya kadar kolesterol, kadar
gula, dan lemak dalam tubuh juga bisa menimbulkan stroke. Hal ini terkait
dengan timbulnya beberapa penyakit pencetus stroke, seperti DM, hipertensi,
obesitas, dan penyakit jantung.
c)
Unsur kimiawi, zat-zat karsinogenik yang terus menerus terakumulasi dalam
tubuh juga merupakan salah satu faktor penyebab penyakit stroke. Selain itu
penggunaan alkohol, rokok, obat-obatan terlarang yang mengandung berbagai bahan
kimia berbahaya bagi tubuh, juga akan semakin mempercepat seseorang terkena
penyakit stroke. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut cenderung akan
meningkatkan suhu tubuh dan beresiko terjadi stroke.
d)
Unsur fisik, misalnya trauma mekanik. Trauma mekanik yang terkait dengan
terjadiya penyakit stroke ini adalah seseorang terjatuh dan menghantam benda
keras, kemudian menyebabkan pembuluh darah dalam otak menjadi pecah sehingga
orang tersebut terkena stroke.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan
adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan
fisik, biologis, dan sosial. Yang tergolong faktor lingkungan meliputi:
a)
Lingkungan fisik: geologi, iklim, geografik.
b)
Lingkungan biologis: misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber
bahan makanan) dan fauna (sebagai sumber protein).
c)
Lingkungan sosial: berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan
perumahan, keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang dan
banjir).
Misalnya
saja dilihat dari lingkungan sosial
seperti urbanisasi, yaitu perpindahan masyarakat desa ke kota. Masyarakat desa
yang tadinya memiliki gaya hidup sederhana dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat, tentu saja akan berubah mengikuti gaya hidup orang kota setelah mereka
pindah dan bertempat tinggal di kota. Kebiasaan hidup masyarakat kota yang lebih mewah dan serba instan akan
berbanding terbalik dengan masyarakat desa yang lebih alami, sehingga
urbanisasi juga akan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke tersebut.
Dari lingkungan fisik, seperti suhu akan
mempengaruhi juga terhadap penyakit stroke. Suhu tinggi merupakan penyebab
utama terjadinya heat stroke. Suhu lingkungan yang tinggi akan sering membuat
dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi dan penderita tidak dapat mengeluarkan
keringat yang cukup untuk mendinginkan tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat
sampai pada tingkat yang berbahaya, sehingga terjadi heat stroke. Lingkungan
yang mempunyai kelembaban tinggi dapat menyebabkan berkurangnya efek pendingin
oleh keringat sehingga jika seseorang berada pada lingkungan dengan suhu tinggi
dan kelembaban yang tinggi pula maka risiko mengalami heat stroke-nya akan
tinggi.
B. Hubungan Penyakit Stroke dengan Segitiga Epidemiologi
1.
Karakteristik Segitiga Utama
Ketiga faktor dalam
trias epidemiologi terus-menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain.
Jika interaksinya seimbang terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadninya gangguan keseimbanganbermula dari
perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial
menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan
interaksi antara ketiganya.
1.
Karakteristik
Penjamu
Manusia mempunyai
karakteritik tersendiri dalam mengahadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa:
a.
resistensi:
kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu
infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam
menghadapinya.
b.
Imunitas:
kesanggupan host untuk mengembangkan
suatu respon imunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non alamiah),
sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan
diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat
menciptakan kekebalan tersendiri.
c.
Infektifnes
(infectiousness): potensi penjamu
yang terinfeksi untuk menularkan panykit kepada orang lain. Pada keadaan sakit
maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada
manusia dan sekitarnya
2.
Karakteristik
Agent
a.
Infektivitas:
kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari
penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu. Umumnya diperlukan jumlah
tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap
penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum
infectious dose) adalah jumlah minimal organisme yang dibutuhkan untuk
menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai spesies mikroba dan
antara individu.
b.
Patogenesis:
kesanggupan mikroorgasnime untuk menimbulkan suatu reaksi klilnik khusus yang
patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan
perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi.
Hampir semua orang yang terinfeksi dengan virus smallpox menderita penyakit (high
pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua
jatuh sakit (low pathogenicity).
c.
Virulensi:
kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat
yang selanjutnya mungkin menyebabkan kenatian. Virulensi kuman menunjukkan
beratnya (severity) penyakit.
d.
Toksisitas:
kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi
kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit
berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
e.
Invasitas:
kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki
jaringan.
f.
Antigenisitas:
kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu.
Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika
mene\yerang pada aliran darah akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membran.
3.
Karakteristik
Lingkungan
a.
topografi:
situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin
mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
b.
Geografis:
keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan
dengan kejadian penyakit.
C. Penyakit
Stroke dan segitiga epidemiologi
Pada dasarnya dalam
konsep segitiga epidemiologi ini, ketiga unsur di dalamnya seperti host, agent,
dan enviromental dapat menentukkan tingkat kesehatan atau status kesehatan
seseorang. Karena berkaitan denan terjadinya atau timbulnya penyakit pada individu
tersebut. Hubungan ketiganya dapat diilustrasikan seperti timbangan. Di mana
enviromental diposisikan sebagai penumpu sedangkan host dan agent diposisikan
sebagai penyeimbang yang berada pada setiap sisi atau ujungnya. Dalam konsep
ini bila ketiga unsur trias epidemiologi, yaitu host, agent, dan enviromental
dalam keadaan seimbang, maka terciptalah keadaan sehat pada individu tersebut.
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
E
|
Gambar 1.2
Gambaran tersebut
bila dikaitkan antara konsep perjalan penyakit stroke dengan segitiga
epidemiologi, maka dapat dikatakan bila penjamu (individu) tersebut sudah
berinteraksi dengan agent (penyebab stroke) dan lingkungan, tetapi terjadi
hubungannya positif atau seimbang, yang artinya masing-masing tidak ada yang
dirugikan sehingga dapat dikatakan terciptalah keadaan yang sehat.
Seseorang dapat dikatakan tidak sehat atau sakit dalam
kasus ini adalah penyakit stroke, apabila agent berhasil mengambil keuntungan
dari lingkungan sehingga melemahkan kondisi host tersebut. Seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
E
|
H
Gambar 1.3
Ilustrasi tersebut
jelas menggambarkan bahwa bila kondisi host menurun akibat daya tahan tubuh
atau imunitas yang rendah, maka posisi agent seperti gaya hidup yang tidak
sehat dan faktor resiko penyakit stroke yang mengambil alih posisi dominannya.
Individu yang memang sudah memilii riwayat atau gen pembawa stroke serta
penyakit lain pencetus stroke harusnya mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Karena bila kondisi tidak sehat atau tidak optimal sedangkan individu tersebut
harus terus-menerus terpapar dengan agent, maka host tersebut menajdi tumbang
dan kemudian sakit.
Perlu diingat bahwa
keadaan sehat bukan hanya tercipta karena keadaan seimbang antara ketiga
unsurnya, tetapi juga bisa terjadi apabila posisi host mampu lebih dominan
dibandingkan posisi agent, sehingga posisi host pada tuas akan menjadi lebih
berat dibandingkan dengan agent. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
A
|
H
|
E
|
Gambar 1.4
Berdasarkan
gambaran tersebut, maka penjamu atau seorang individu memang telah terpapar
dengan agent dalam hal ini adalah faktor penyebab stroke tersebut, seperti gaya
hidup yang tidak sehat, kurang olahraga, alkohol, atau penyakit pencetus stroke
tersebut, tetapi individu tersebut masih dapat mempertahankan kondisi yang
optimal. Kondisi optimal tersebut bisa saja terjadi apabila kondisi individu
tersebut memang memilikiantibodi yang baik atau bisa juga karena memang tidak
memiliki riwayat penyakit stroke bawaan atau genetik. Tetapi kondisi tersebut
juga tidak dapat diabaikan karena stroke bisa saja tiba-tiba terjadi apabila
akumulasi faktor resiko penyebab stroke sudah menumpuk di dalam tubuh host
tersebut.
A
|
E
|
H
|
Gambar 1.5
Bila dilihat dari
ilustrasi tersebut, jelas bahwa seseorang bisa saja sakit karena agent lebih
diuntungkan dengan kondisi lingkungan yang mendukung keberadaan agent tersebut.
Gambaran tersebut terjadi apabila lingkungan disekitar host atau penjamu tidak sehat,
misalnya tingkat polusi udara yang tinggi. Polusi udara merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya penyakit stroke, karena polutan-polutan tersebut
mengandung zat kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, sehingga mempercepat
seseorang terserang penyakit stroke. Awalnya zat-zat karsinogenik tersebut akan
menyebabkan penyakit pencetus stroke seperti DM, jantung koroner, hipertensi,
dan akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengarah ke penyakit
stroke.
Keadaan sehat juga
dapat terjadi apabila posisi lingkungan lebih mendukung kondisi host. Seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
H
|
E
|
A
|
Gambar
1.6
Gambaran tersebut
terjadi pada saat, lingkungan di sekitar penjamu adalah lingkungan yang sehat.
Dikatakan sehat karena suplay oksigen di udara optimal sehingga mampu
meminimalisir polutan-polutan berbahaya bagi tubuh. Bila kondisi lingkungan
optimal, maka posisi agent di sini akan melemah. Keberadaan pepohonan hijau
akan membantu produksi oksigen itu sendiri, sehingga dengan udara yang sehat
penjamu bisa optimal mempertahankan kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/138234314?extension=doc&ft=1368303076<=1368306686&user_id=113116579&uahk=zE5nb9C2a1wyuUs3DYgVS8qmEfA (Diankses pada tanggal 12 Mey
2013, pukul 05.35 WIT)
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab2-konsep_dasar_timbulnya_penyakit.pdf (Diankses pada tanggal 12 Mey
2013, pukul 05.35 WIT)