Sabtu, 11 Mei 2013

Asuhan Keperawatan Diare



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat.
Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit.
Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang tua (lansia) dan penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan diare pada pasien

1.2  Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Diare
2.      Apa penyebab dari Diare
3.      Apa tanda dan gejalah Diare

1.3  Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk dapat memperoleh gambaran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien diare.



2.      Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare.



























BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.


2.2  Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 :
·         Diare akut
·         Diare kronis
a.       Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
b.      Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu :
Ø  Diare osmotic
§  Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan  dihentikan).
§  Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
§  Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L).
§  Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir  rendah dan bayi baru lahir.
§  Kelainan-kelainan yang menyebabkan  diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.

Ø  Diare sekretorik
§  Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
§  Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
§  Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
§  Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.

2.3  Etiologi
a.     Infeksi (virus, bakteri dan parasit)
b.      Non Infeksi
·         Alergi makanan : susu, protein
·         Gangguan metabolic atau mal-absorbsi
·         Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
·         Penyakit gangguan endokrin
·         Emosional atau stress
·         Menurunnya daya tahan tubuh
·         Kekurangan gizi
·         Obat-obatan : antibiotika















2.4  Patofisiologi


2.5  Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah: Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.  Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.  Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
a.       Diare dengan dehidrasi ringan
·         Kehilangan cairan 5% dari berat badan
·         Kesadaran baik (samnolen)
·         Mata agak cekung
·         Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
·         Berak cair 1-2 kali per hari
·         Lemah dan haus
·         Ubun-ubun besar agak cekung

b.      Diare dengan dehidrasi sedang
·         Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
·         Keadaan umum gelisah
·         Rasa haus
·         Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
·         Mata cekung
·         Turgor dan tonus otot agak berkurang
·         Ubun-ubun besar cekung
·         Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik

c.       Diare dengan dehidrasi berat
·         Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
·         Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
·         Denyut nadi cepat nsekali
·         Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
·         Ubun-ubun besar cekung  sekali
·         Mata cekung sekali
·         Turgor/tonus kurang sekali
·         Selaput lendir kurang/asidosis



2.6  Komplikasi
1.      Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
2.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
·         Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
·         Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
·         Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l.
3.      Berdeasarkan derajatnya
·         Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental normal.
·         Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
·         Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus meningkat.












2.7  Diagnosa Keperawatan
1.      Dx :  Devisit volume cairan dan elektrolit b/d pengeluaran yang berlebihan.
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Intervensi :
a.       Monitor tanda vital tiap 4 jam
b.      Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi seperti turgor jelek. Mata cekung.
c.       Pantau masuknya cairan sedikitnya 1000-1500 cc/24 jam
d.      Timbang BB tiap hari bila memungkinkan
e.       Pantau haluaran cairan
f.       Kolaborasi medis untuk pemberian cairan IV dan anti diare
2.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a.       Kaji intake dan output
b.      Berikan cairan peroral
c.       Sajikan makanan dalam keadaan hangat
d.      Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
e.       Catat dan laporkan toleransi makanan yang diberikan dan pemberian dari keadaan muntah dan diare
f.       Monitor BB
g.      Kolaborasi pemberian nutrisi parentral dan antibiotik









BAB IV

PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
·         Diare adalah kehilangan cairan dan elekrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
·         Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
·          Diare dapat disebabkan oleh infeksi baik virus maupun bakteri dan tanpa infeksi (non infeksi)
·         Pada Ps S setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ps mengatakan tidak diare lagi, semua masalah ps dapat teratasi.

3.2  Saran
Agar tetap menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan, makan-makanan yang mengandung gizi tinggi, istirahat yang cukup. Menjaga kondisi tubuh agar tetap segar.
















DAFTAR PUSTAKA


Modul Asuhan Keperawatan dan Patofisiologi,halaman 22-24


Tidak ada komentar:

Posting Komentar