Sabtu, 11 Mei 2013

Makalah ISPA dan Contoh Kasus



A.  LAPORAN PENDAHULUAN

I.       DEFINISI PENYAKIT
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.  Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

II.    KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
·         Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
·         Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
·         Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
·         Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
·         Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
·         Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
·         Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
·         Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

III. ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).

IV. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a.       Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa
b.      Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c.       Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.
d.      Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.








V.    PATHWAY

VI. MANIFESTASI KLINIS

a)      Tanda-tanda ISPA
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
ü  Tanda-tanda klinis :
·         Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
·         Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
·         Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
·         Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
ü  Tanda-tanda laboratoris :
·         Hypoxemia,
·         Hypercapnia dan
·         Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

b)     Gejala ISPA
·         Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang  dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a.       Batuk
b.      Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
c.       Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d.      Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC

·         Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a.       Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
b.      Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c.       Tenggorokan berwarna merah
d.      Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e.       Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f.       Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

·         Gejala dari ISPA Berat
Seseorang  dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a.       Bibir atau kulit membiru
b.      Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c.       Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d.      Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e.       Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f.       Tenggorokan berwarna merah
                                                                                
VII.    PENATALAKSANAAN
a)      Pencegahan
ü  Pencegahan dapat dilakukan dengan:
·         Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
·         Immunisasi.
·         Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
·         Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b)     Pengobatan dan perawatan
ü  Prinsip perawatan ISPA antara lain:
·         Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
·         Meningkatkan makanan bergizi
·         Bila demam beri kompres dan banyak minum
·         Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
·         Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
·         Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
ü  Pengobatan antara lain:
·         Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
·         Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.



VIII. KOMPLIKASI
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.

a.       Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.

b.      Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a)      Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b)      Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c)      Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
c.       Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.


B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA ISPA
1.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)      Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
b)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
c)      Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
d)     Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan  imun)

2.      INTERVENSI DAN RASIONAL
1)      Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
ü Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50
Intervensi
Rasionalisasi
Observasi tanda – tanda vital
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin (air biasa) pada kepala / axial.
Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun
Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
Atur sirkulasi udara.
Penyedian udara bersih
Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit
Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas
Kolaborasi dengan dokter :
·   Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
·   Antipiretika
Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas

2)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
ü Tujuan:
·   Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
·   Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
·   Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
Intervensi
Rasional
Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
Berikan oral sering, buang secret berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan lingkungan bersih dan menyenangkan.
Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih dan menyenangkan.
Tingkatkan tirai baring.
Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
Kolaborasi:
·   Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal

3)      Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
ü Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi
Rasional
Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasinya, lamanya, dan karakteristiknya.
Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.
Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok
Mengurangi bertambah beratnya penyakit
Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak
Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
·   Steroid oral, iv, & inhalasi
·   Analgesic
·  Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan
·  Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

4)      Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
ü Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi
Rasional
Batasi pengunjung sesuai indikasi
Menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius
Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat sampah
Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
Daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur
Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi


C.    CONTOH KASUS
Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7 tahun dan anak keduanya berusia 4 tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu selly mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga mengalami diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik. Hasil pemeriksaan diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40 x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5o C.  Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS untuk ditangani lebih lanjut.

Ø  PENGKAJIAN
1.   Indentitas klien
Nama               : Selly
Umur               : 4 tahun
Jenis kelamin   : perempuan
2.   Riwayat keperawatan
a.    Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak kunjung sembuh, demam, menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare.
b.   Riwayat kesehatan masa lalu : Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh.
3.   Koping keluarga
Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif.
4.   Riwayat tumbuh kembang
a.    BB lahir abnormal
b.   Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit
c.    Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d.   Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5.   Riwayat social
Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan aktif bermain dengan teman sebayanya.
6.   Pemeriksaan fisik
a.    Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare
b.   Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya
c.    Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentang penyakit pernafasan serta tindakan yang akan dilakukan.

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
1
Napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Pola  nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
·   Berikan posisi yang nyaman  sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
·   Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
·   Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.
·   Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
·   Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator)
·   Observasi tanda vital,adanya cyanosis,serta pola kedalaman   dalam pernafasan.
·   Membantu dalam memberikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
·   Menciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
·   Menganjurkan pada keluarga untuk membawakan baju  yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.
·   Membantu dalam pemberian O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
·   Membantu dalam pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator)
·   Mengobservasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.
Pola napas klien kembali efektif



DAFTAR PUSTAKA


2 komentar: