Sabtu, 11 Mei 2013

Trauma Abdomen



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Perforasi adalah kemungkinan yang bisa terjadi pada trauma abdomen. Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
Istilah trauma  abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen  yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering  beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Keputusan untuk melakukan  tindakan beda harus segara diambil karena setiap kelambatan akan menyebabkan penyulit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penegtahuan mengenai anatomi dan faal abdomen beserta isinya sangat menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu sekian banyak kemungkinan penyebab trauma abdomen.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa Pengertian Trauma Abdomen ?
1.2.2        Apa Etiologi Trauma Abdomen ?
1.2.3        Bagaimana Patofisiologi Trauma Abdomen ?
1.2.4        Bagaimana Manifestasi Klinis Trauma Abdomen ?
1.2.5        Bagaimana Penatalaksanaan Trauma Abdomen ?
1.2.6        Apa saja Komplikasi dari Trauma Abdomen ?
1.2.7        Bagaimana Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen ?

1.3   Tujuan
1.3.1        Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
1.3.2        Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
1.3.3        Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
1.3.4        Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
1.3.5        Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen.
1.3.6        Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
1.3.7        Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.





BAB II
TINJAUAN TERORITIS

2.1  Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

2.2  Etiologi
Berdasarkan mekanisme trauma, terbagi atas 2 yaitu :
a)      Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
b)      Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt).





2.3  Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan.
Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
a)      Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
b)      Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c)      Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.


PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)
Penetrasi & Non-Penetrasi
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
Menekan saraf peritonitis
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen     Nyeri
Motilitas usus
                             Disfungsi usus     Resiko infeksi
Refluks usus output cairan berlebih

    Gangguan cairan        Nutrisi kurang dari
                              dan eloktrolit           kebutuhan tubuh
    
                                 Kelemahan fisik
                                 
                        Gangguan mobilitas fisik

 *(Sumber : Mansjoer,2001)*
2.4       Manifestasi Klinis
a)              Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
1.              Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.              Respon stres simpatis
3.              Perdarahan dan pembekuan darah
4.              Kontaminasi bakteri
5.              Kematian sel

b)             Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
1.              Kehilangan darah.
2.              Memar/jejas pada dinding perut.
3.              Kerusakan organ-organ.
4.              Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
5.              Iritasi cairan usus.

2.5       Penatalaksanaan
a)            Penanganan awal
1.             trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
a.              Stop makanan dan minuman
b.             Imobilisasi
c.              Kirim kerumah sakit.

2.             Penetrasi (trauma tajam)
a.              Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
b.             Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c.              Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d.             Imobilisasi pasien
e.              Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f.                Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g.              Kirim ke rumah sakit

b)      Penanganan dirumah sakit
1.      Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain pemberantasan syok (operasi).
2.      Lakukan prosedur ABCDE.
3.      Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
4.      Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
5.      Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut).
6.      Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan.
7.      Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT.
8.      Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
9.      Pemberian O2 sesuai indikasi
10.  Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan.
11.  Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal.
12.  Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan.
13.  Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan.
14.  Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahan.

2.6  Komplikasi
a)      Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
b)      Lambat : infeksi
c)      Trombosis Vena
d)     Emboli Pulmonar
e)      Stress Ulserasi dan perdarahan
f)       Pneumonia
g)      Tekanan ulserasi
h)      Atelektasis
i)        Sepsis













BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh kasus : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUANG BEDAH MINOR RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

3.1  Pengkajian
1.      Identitas Klien
Nama                                       :  Tn. T
Umur                                       :  65 tahun
Pendidikan                              :  SD
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Agama                                     :  Islam
Alamat                                    :  Tepurejo RT 3/2 Sumber Banjarsari Surakarta
Tangga&Jam Pengkajian         : 15 Oktober 2009

2.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                                       :  Tn. W
Umur                                       :  41 tahun
Alamat                                    :  Sumber Banjarsari Surakarta
Hubungan dengan klien          :  Anak

3.      Riwayat Penyakit
a)      Keluhan Utama
Sakit pada perut sebelah kanan.
b)      Riwayat Penyakit Sekarang
± 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada di depannya. Klien terjatuh dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelah kejadian, klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya. Tapi setelah beberapa saat di rumah, klien merasa perut sebelah kanan ampeg sampai punggung dan terasa sesak nafas. Oleh keluarga di antar ke IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

c)      Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa.

4.      Primary Survay
a)      Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b)      Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menit
R : 26x/menit, pernafasan reguler
c)      Circulasi
TD : 120/80 mmHg
N   :  88x/menit
Capillary reffil : < 2 detik
d)     Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran : Compos Mentis
e)      Exposure
Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan





5.      Secondary Survay
a)      AMPLE
1)      Alergi :
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan ataupun obat-obatan.
2)      Medicasi :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak mengkonsumsi obat apapun.
3)      Pastillnes :
Klien sebelumnya pernah di rawat di RS Dr. Moewardi Surakarta dengan penyakit paru-paru.
4)      Lastmeal :
Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum segelas teh.
5)      Environment
Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya.

3.2 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1)      Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
2)      Leher
Tidak ada kaku kuduk
3)      Paru
Ø  Inspeksi       : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
Ø  Palpasi         : fremitus vokal kanan dan kiri sama
Ø  Perkusi        : sonor
Ø  Auskultasi    : vesikuler


4)      Abdomen
Ø  Inspeksi       : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
Ø  Auskultasi    : peristaltik usus 7x/menit
Ø  Palpasi         : tidak ada pembesaran hati
Ø  Perkusi         : pekak
5)      Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.

3.3 Pemeriksaan Penunjang
a)     Hasil laboratorium tanggal 15 -10-2009
b)     Hemoglobin             : 14,5 g/dl           (n : 14-17,5 g/dl)
c)     Eritrosit                    : 5,05 106/ul        (n : 4,5-5,9 106/ul)
d)     Leukosit                   : 12,1 103/ul        (n : 4,0-11,3 103/ul)
e)     Hematokrit               : 43,8%               (n : 40-52%)
f)      Trombosit                 : 204
g)     Gol darah                 : O
h)     HBSAG                   : -











3.4 Analisis Data
No
Data (Sign & Symptom)
Etiologi
Problem
1.
DS :
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan perut sebelah kanan terasa ampeg
DO :
Klien gelisah
R : 26x/menit
Penurunan ekspansi paru
Pola nafas tidak efektif
2.
DS :
Klien mengatakan perut sebelah kanan sakit
P  : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S  : 7
T  : hilang timbul
DO :
Klien tampak mengerang-erang menahan sakit.
Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen sebelah kanan
Trauma abdomen
Nyeri akut
3.
DS  : -
DO :
Terdapat luka lecet pada perut kanan
Terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul
Luka non-penetrasi abdomen
Resiko infeksi


3.5  Diagnosa Keperawatan
1)      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2)      Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
3)      Resiko tinggi infeksi b/d kontaminasi bakteri dan feses.

3.6  Intervensi dan Rasional
No Dx
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, pola nafas efektif
Dengan KH :
Klien mengatakan sesak nafas berkurang
Klien rileks
Pernafasan normal : 20-24 x/ menit
Kaji pola nafas
Kaji tanda vital
Posisikan klien semi fowler
Beri oksigen sesuai indikasi
Untuk menentukan intervensi yang tepat
Mengetahui perkembangan klien
Mengurangi sesak nafas
Mengurangi sesak nafas
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x10 menit, nyeri teratasi
Dengan KH :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Klien tenang tidak mengerang-erang kesakitan
Skala nyeri 1-3
Kaji intensitas nyeri
Jelaskan penyebab nyeri
Beri posisi nyaman
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Untuk menentukan intervensi yang tepat.
Untuk menenangkan klien dan keluarga.
Meningkatkan kenyamanan klien. Mengurangi ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri.
Analgetik berfungsi menghilangkan nyeri
3.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x20 menit, tidak terjadi infeksi
Dengan KH :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tidak ada perdarahan
Suhu tubuh normal : 36-37
Pasang kateter
Pasang NGT
Pasang trail pada tempat tidur klien
Ajurkan keluarga untuk menemani klien
Monitor hasil laboratorium terutama Hb
Kolaborasi pemberian antibiotik
Untuk mengurangi aktivitas klien.
Untuk mengetahui adanya perdarahan dalam.
Menurunkan resiko cidera.
Memenuhi kebutuhan klien.
Mengetahui perkembangan klien
Mencegah infeksi


CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
No Dx
Tgl&Jam
Implementasi
Evaluasi
TTD
1.
15 Okt 09
11.10
Mengkaji pola nafas klien
Memposisikan klien semi fowler
Memberikan nasal kanul 2L/menit



S  :
klien mengatakan sesak nafas berkurang
klien mengatkan lebih nyaman
R  : 24x/menit
A  : masalah teratasi
P  : intervensi dihentikan
Rima
2.
11.25
Mengkaji tingkat nyeri
Memberikan injeksi ketorolak 2ml
 Mengajarkan nafas dalam bila nyeri timbul







S :
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O :
klien masih gelisah
klien masih tampak merintih kesakitan
A :
masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi di bangsal
Rima
3.
11.45
Memasang kateter
Memasang NGT
Mengambil sample darah
Memasang trail tempat tidur
Memonitor NGT
Memberikan injeksi cefotaxim 1g
S   : -
O :
urine jernih tidak ada perdarahan.
Volume urine 200cc
Keluaran NGT cairan bersih
Hb : 14,5 g/dl
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
 lanjutkan intervensi di bangsal
Rima



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ berongga pada abdomen dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.

4.2 Saran
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami trauma abdomen yaitu perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan tepat, terutama pada kasus trauma abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat perlu dilakukan prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan, sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang diperlukan baik untuk perawat maupun pasien.












DAFTAR PUSTAKA

(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar